Senin, 05 Agustus 2024

Neona (2) II

Pagi itu terasa berbeda. "Ayo mas mas bangun," suara keamanan pondok membangunkan aku dari mimpi indah tentang Neona. Dalam mimpiku, dia tersenyum padaku sambil melambaikan tangan. 

"Ayo Aa makan," Redho mengajak makan sambil menyiapkan nampan untuk anak-anak. "Iya dho, maem o sek. Aku sek kenyang iki, maem mimpi mang bengi," jawabku sambil tersenyum. 

"Iki pasti sek bayangno mbak-mbak yang semalam dilamunin kan?" ujar Nj sambil membawa kopi. "Ah enggak kok, masih capek aja hari ini, semalam begadang," jawabku, meski dalam hati aku tahu, mimpiku tentang gadis kecil itu masih terbayang jelas.

"Aku loh Nj semalam mimpi gadis kecil itu. Duh, indah banget mimpinya, dia senyum sambil melambaikan tangan," ceritaku pada Nj, mencoba menjelaskan kebingunganku tentang bagaimana gadis itu bisa terbawa dalam mimpi. Gadis ingusan, yang namanya baru aku ketahui kemarin.

Berharap suatu saat bisa bersamanya walau hanya sepersekian menit, doa itu kupanjatkan sambil menunaikan sholat subuh yang sudah kelewat 3 jam. "Loh Aa sholat opo a?" tanya Redho yang sudah terbiasa melihatku sholat 'shubha' (subuh + dhuha). "Ah biasanya lah ya, sholat 2 rakaat berqunut dan tidak, sambil banyakin doa buat dia," jawabku sambil merapikan sajadah.

Aku langsung bergegas mandi. Hari ini ada jam kuliah yang nanggung kalau tidak berangkat lebih awal. Namun, mau bagaimana lagi, ini kewajiban. Wajahnya yang syahdu masih terbayang di benakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hal 13

Kemana harus melangkah.. Kemana harus bercerita.. Begitu lelahnya memendam.. Begitu lelahnya menahan.. Neona.. Dulu aku selalu bercerita kep...