Tulisan ini penuh dengan perasaan yang mendalam dan pergulatan batin yang nyata. Rasa cinta dan rindu yang terpendam terhadap Neona terasa begitu kuat, namun juga diiringi oleh kesadaran bahwa mungkin harapan ini tidak realistis. Aku berusaha menerima kenyataan bahwa Neona sudah bersama orang lain, tapi perasaan ini terus menggelayut, tak mudah untuk dihilangkan.
Ada juga rasa takut akan penolakan, dan itu wajar. Namun, yang paling penting adalah bagaimana aku memilih untuk menghadapi perasaan tersebut—dengan tulus dan tidak memaksakan keadaan. Pada akhirnya, kebahagiaan bukan hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang memahami dan menerima kenyataan dengan hati yang lapang.
_______________________________________
Neona..kembali namanya terlintas dipikiranku, bukan tentang parasnya yang lucu bukan pula tentang style nya yang unik. Tapi ini tentang bagaimana aku tidak mampu menerima bahwa dia sudah milik orang lain, aku mencoba berfikir positif, meyakinkan diri bahwa dia hanya kesepian sehingga mencari pacar..Ku tulis banyak cerita tentang neona, sejak aku pertama melihatnya, hingga kini aku mulai mengikuti kehidupannya, walaupun hanya melalui media sosial bagi ku sudah menjadi suatu keindahan..
Bagi ku jika semua tentangnya mampu aku jangkau entah dengan apa, sudah menjadi obat pelipur rindu, rindu yang sebenarnya dilarang, rindu yang belum saatnya aku rasakan tapi sudah harus aku alami..
Aku terlalu memaksa kehendak ku, sepertinya iya..egois sudah pasti..tapi kenapa diri ini tidak mampu menahannya.
Kelak pasti akan ada ungkapan bahwa aku sangat tidak realistis dengan situasi saat ini..tapi bagaimana lagi...? Neona lah yang membuatku terasa hidup kembali...
Pernah terbesit untuk pergi saja, karena takut mendapatkan penolakan dari neona, tapi rasa rindu ini yang tak kunjung usai membuat ku selalu ingin bertahan..
Neona jika suatu saat aku sudah berhasil memiliki mu, jangan hiraukan aku apabila engkau hanya menerima atas dasar belas kasihan...
Aku begitu tulus ingin memiliki mu,.lantas buat apa jika suatu saat nanti engkau hanya menerima kedatangan ku atas dasar belas kasihan...
"Ah sudah capek aku nulis" gumam ku sambil menutup buku kecil yang biasa aku pakai untuk berkeluh kesah..
"Pir bikin kopi dong" teriakan ku pada sapir membuat seisi asrama tertawa..
"Bentar lah Aa masih main game" ujar sapir yang sembari tadi aku lihat dia masih fokus dengan game di hpnya..
"Yaudah tak ke cafe aja lah" ujar ku pada sapir,, cafe..ya cafe classic itu tempat dimana aku merenung,,dimana aku bisa menulis bebas tanpa mengenal waktu..
Dan sejak kehadiran neona..tempat itu semakin favorit untuk ku menulis..
Entah untuk apa aku menulis..tapi bagi ku dengan menulis semua beban pikiran ku dapat aku keluarkan..aku lebih tenang..sendiri dengan sepi membuat ku terasa tenang..tanpa mau mendengarkan riuh suara manusia yang berbicara tentang seseorang yang dia cintai...aku lebih memilih mendengarkan suara jangkrik dan katak yang saling beradu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar